Senin, 17 Oktober 2016

Dampak Stress pada Ibu Hamil Bagi Janin

Kehamilan merupakan suatu hal yang secara umum dipandang sebagai suatu hal yang indah dan dinantikan oleh setiap pasangan. Namun, meskipun kehamilan merupakan suatu kebahagiaan, tidak menutup kemungkinan ibu hamil mengalami stress.
Pasalnya sebagai manusia biasa, ibu hamil dapat saja mengalami masalah baik yang berasal dari kehamilannya maupun akibat masalah-masalah lain dalam kehidupan.

Terlebih lagi ibu hamil mengalami perubahan hormon yang juga mempengaruhi tingkat kestabilan psikis dan pada umumnya psikis ibu hamil menjadi lebih labil dalam menghadapi tekanan psikis dibandingkan wanita yang tidak sedang mengandung.

Karena stress merupakan hal yang tak dapat dihindari sama sekali maka ibu hamil memerlukan manajemen stress yang lebih baik dan membutuhkan dukungan setiap anggota keluarga. Hal ini sangatlah penting karena stress yang dirasakan oleh ibu hamil dalam tingkat keparahan yang tinggi dapat berakibat fatal bagi janin yang dikandungnya.

Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai stress yang dialami oleh ibu hamil dan akibat negatifnya bagi si calon bayi:

1. Dampak Negatif Bagi Perkembangan Psikis Bayi
Penting untuk diketahui bahwa plasenta atau yang dikenal dengan istilah ari-ari/tali pusat bagi orang awam ternyata tidak hanya menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Plasenta juga menyalurkan berbagai macam hormon stress yang dihasilkan oleh ibu yang sedang mengalami stress pada masa kehamilannya.

Hormon stress yang menyebabkan dampak negatif bagi janin antara lain adalah corticotrophin-releasing hormone (CRH). CRH merupakan suatu hormon peptida yang juga dapat bertindak sebagai neurotransmitter yang akan dihasilkan dalam jumlah yang lebih tinggi pada saat kondisi stress.

Salah satu dampak negatif CRH bagi janin adalah memicu kelahiran kurang bulan atau lahir prematur bahkan keguguran. Hal ini disebabkan karena CRH akan merangsang produksi prostaglandin dan substansi kimia lainnya yang menyebabkan kontraksi rahim.
Secara tak langsung CRH juga merangsang tingginya produksi hormon stress lainnya yang dikenal dengan kortisol. Kortisol ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan saraf pada janin yang dapat mempengaruhi kondisi psikis janin dan perkembangannya bahkan hingga setelah dilahirkan kelak.

Beberapa gangguan perkembangan psikis yang dapat dialami oleh anak akibat terpapar kortisol dalam jumlah tinggi pada saat janin antara lain adalah autisme,hiperaktif, bahkan skizofrenia.

Sebenarnya saat masih di dalam kandungan,sel-sel saraf janin yang masih dalam tahap perkembangan dilindungi oleh suatu enzim yang dikenal dengan OGT. Namun ketika si ibu hamil mengalami tekanan stress maka jumlah OGT akan menurun sehingga perlindungan terhadap sel-sel saraf janin tidak optimal.

2. Dampak Negatif Bagi Perkembangan Fisik Bayi
Selain mengalami gangguan perkembangan psikis, perkembangan fisik janin pun juga dapat terpengaruh akibat stress yang dialami oleh ibu hamil.

Gangguan perkembangan fisik dapat terjadi pada saat janin maupun pada saat setelah dilahirkan. Salah satu dampak stress pada perkembangan fisik janin menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, sedangkan contoh gangguan perkembangan fisik yang dapat dialami oleh bayi dan juga anak-anak adalah sistem imunitas yang lebih rendah dan resiko alergi yang lebih besar bila dibandingkan dengan bayi atau anak yang pada saat janin tidak terpapar hormon stress.

Berdasarkan ulasan di atas maka menjaga kesehatan fisik dan psikis merupakan hal wajib yang harus dilakukan oleh ibu hamil dan membutuhkan dukungan setiap anggota keluarga untuk mewujudkan hal tersebut di atas.

Bukan hanya untuk kesehatan si ibu tapi juga untuk si calon bayi. Bukan hanya untuk kepentingan janin saat masih dalam kandungan namun juga untuk kelangsungan kesehatan fisik dan psikis si bayi kelak dalam menjalani kehidupan.

0 komentar:

Posting Komentar