Bila diperhatikan dengan seksama, kulit orang bule sebenarnya tidak sepenuhnya putih, melainkan ada bintik-bintik kemerahan di sekujur tubuhnya. Namun apa yang ditemukan wanita ini agak berbeda.
Rebecca Hockaday menemukan bintik-bintik tak biasa itu di dekat payudaranya. Ia pun tak ambil pusing karena mengira itu karena paparan sinar matahari.
Sponsor: Jasa pembuatan fanpage
Namun makin lama bintik-bintik itu makin bertambah banyak. Lama-lama Rebecca pun khawatir dan memutuskan mendatangi dokter kulit, enam bulan kemudian.
"Sejujurnya saya berpikir mereka akan mengatakan itu hanya sun spots atau karena penuaan kulit," katanya kepada Today.com.
Nasib berkata lain. Dari hasil biopsi dipastikan bahwa itu adalah kanker, tepatnya inflammatory breast cancer, jenis kanker payudara yang agresif serta langka. Ketika ditemukan, kanker itu telah menyebar ke kelenjar getah bening wanita asal Watkinsville, Georgia tersebut.
"Tak pernah terlintas sekalipun dalam pemikiran saya bahwa itu adalah kanker," tambahnya.
Inflammatory breast cancer (IBC) merupakan jenis kanker yang tidak lazim ditemukan dan ketika muncul, manifestasinya tak seperti kanker payudara pada umumnya, yang biasanya terdeteksi lewat adanya benjolan di payudara.
"Dalam separuh kasusnya tidak ditemukan benjolan atau apapun. Hanya perubahan kulit jadi mudah sekali disalahpahami sebagai infeksi, mastitis atau sejenisnya," terang Dr Jean Wright dari Johns Hopkins Breast Cancer Program.
Selain bintik-bintik, Wright menambahkan bahwa gejala lainnya adalah kulit payudara yang memerah atau pembengkakan. "Karakteristik lainnya adalah ini terjadi begitu cepat. Biasanya satu bulan setelah perubahan signifikan pada kulit payudara Anda," lanjutnya.
Tak berapa lama kemudian, Rebecca segera diarahkan untuk menjalani kemoterapi selama 16 pekan sebelum akhirnya kedua payudaranya harus diangkat. Berikutnya, ia harus bertahan dari pengobatan radiasi yang intens dua kali sehari selama sepekan, kecuali hari Sabtu dan Minggu.
Radiasi itu pun akhirnya merusak kulit dan melemahkan tubuhnya, bahkan sebagian tulangnya patah. Namun pengorbanan itu tak sia-sia. Pada bulan September 2013 lalu atau 10 bulan setelah pengobatan, ibu dua anak itu dinyatakan terbebas dari kanker.
Hanya saja ia masih harus menghadapi sejumlah masalah kesehatan terkait operasi rekonstruksi payudara yang dijalaninya semisal masih adanya infeksi.
Wanita berusia 40 tahun itu juga tetap harus mengonsumsi obat kemoterapi oral dan mendapatkan injeksi bulanan mengingat tingkat kekambuhan IBC terbilang cukup tinggi.
Sebagai bentuk antisipasi, dokter kulit Cameron Rokhsar menjelaskan, payudara wanita rentan sekali mengalami iritasi, entah dari kegiatan seperti lari atau menyusui. Tetapi iritasi ini bisa datang dan pergi dengan mudah. Yang perlu diwaspadai adalah ketika iritasi itu tak hilang-hilang selama beberapa hari sebab ini bisa berarti gejala IBC seperti yang dialami Rebecca.
"Jika mereka melihat ada ruam pada payudaranya yang tidak hilang sampai 1-2 pekan, apalagi setelah diolesi krim cortisone, maka temui dokter kulit," pesan Rokhsar yang berpraktik di Mount Sinai Hospital tersebut.
Rebecca menambahkan, inilah mengapa ia membagi kisahnya dan mendorong para wanita untuk proaktif ketika menemukan hal yang tidak lazim pada tubuhnya.
"Anda takkan berpikir sejauh itu, karena saya sendiri tidak merasa kesakitan, tidak ada gejala," tegasnya.
Rebecca Hockaday menemukan bintik-bintik tak biasa itu di dekat payudaranya. Ia pun tak ambil pusing karena mengira itu karena paparan sinar matahari.
Sponsor: Jasa pembuatan fanpage
Namun makin lama bintik-bintik itu makin bertambah banyak. Lama-lama Rebecca pun khawatir dan memutuskan mendatangi dokter kulit, enam bulan kemudian.
"Sejujurnya saya berpikir mereka akan mengatakan itu hanya sun spots atau karena penuaan kulit," katanya kepada Today.com.
Nasib berkata lain. Dari hasil biopsi dipastikan bahwa itu adalah kanker, tepatnya inflammatory breast cancer, jenis kanker payudara yang agresif serta langka. Ketika ditemukan, kanker itu telah menyebar ke kelenjar getah bening wanita asal Watkinsville, Georgia tersebut.
"Tak pernah terlintas sekalipun dalam pemikiran saya bahwa itu adalah kanker," tambahnya.
Inflammatory breast cancer (IBC) merupakan jenis kanker yang tidak lazim ditemukan dan ketika muncul, manifestasinya tak seperti kanker payudara pada umumnya, yang biasanya terdeteksi lewat adanya benjolan di payudara.
"Dalam separuh kasusnya tidak ditemukan benjolan atau apapun. Hanya perubahan kulit jadi mudah sekali disalahpahami sebagai infeksi, mastitis atau sejenisnya," terang Dr Jean Wright dari Johns Hopkins Breast Cancer Program.
Selain bintik-bintik, Wright menambahkan bahwa gejala lainnya adalah kulit payudara yang memerah atau pembengkakan. "Karakteristik lainnya adalah ini terjadi begitu cepat. Biasanya satu bulan setelah perubahan signifikan pada kulit payudara Anda," lanjutnya.
Tak berapa lama kemudian, Rebecca segera diarahkan untuk menjalani kemoterapi selama 16 pekan sebelum akhirnya kedua payudaranya harus diangkat. Berikutnya, ia harus bertahan dari pengobatan radiasi yang intens dua kali sehari selama sepekan, kecuali hari Sabtu dan Minggu.
Radiasi itu pun akhirnya merusak kulit dan melemahkan tubuhnya, bahkan sebagian tulangnya patah. Namun pengorbanan itu tak sia-sia. Pada bulan September 2013 lalu atau 10 bulan setelah pengobatan, ibu dua anak itu dinyatakan terbebas dari kanker.
Hanya saja ia masih harus menghadapi sejumlah masalah kesehatan terkait operasi rekonstruksi payudara yang dijalaninya semisal masih adanya infeksi.
Wanita berusia 40 tahun itu juga tetap harus mengonsumsi obat kemoterapi oral dan mendapatkan injeksi bulanan mengingat tingkat kekambuhan IBC terbilang cukup tinggi.
Sebagai bentuk antisipasi, dokter kulit Cameron Rokhsar menjelaskan, payudara wanita rentan sekali mengalami iritasi, entah dari kegiatan seperti lari atau menyusui. Tetapi iritasi ini bisa datang dan pergi dengan mudah. Yang perlu diwaspadai adalah ketika iritasi itu tak hilang-hilang selama beberapa hari sebab ini bisa berarti gejala IBC seperti yang dialami Rebecca.
"Jika mereka melihat ada ruam pada payudaranya yang tidak hilang sampai 1-2 pekan, apalagi setelah diolesi krim cortisone, maka temui dokter kulit," pesan Rokhsar yang berpraktik di Mount Sinai Hospital tersebut.
Rebecca menambahkan, inilah mengapa ia membagi kisahnya dan mendorong para wanita untuk proaktif ketika menemukan hal yang tidak lazim pada tubuhnya.
"Anda takkan berpikir sejauh itu, karena saya sendiri tidak merasa kesakitan, tidak ada gejala," tegasnya.