Saat sebelum menikah dicecar dengan pertanyaan 'kapan nikah', kemudian setelah menikah pertanyaan iseng selanjutnya adalah 'kapan punya momongan'. Apalagi ketika momen Hari Raya Idul Fitri, bagi pasutri yang memang belum dikaruniai anak, pertanyaan tersebut pasti terlontarkan oleh hampir semua anggota keluarga. Ya, rasa-rasanya seperti mimpi buruk.
Sponsor: jasa pembuatan fanpage
Menanggapi hal ini, psikolog dari Tiga Generasi, Sri Juwita Kusumawardhani MPsi, mengatakan bahwa pertanyaan seperti itu tak akan ada habisnya di dalam kehidupan, diawali dengan pertanyaan 'kapan lulus', 'kapan nikah', kemudian bagi mereka yang sudah menikah ditanya 'kapan punya momongan', lalu setelah itu ditanya 'kapan tambah anak lagi', begitu pun seterusnya.
"Setelah pertanyaan kapan nikah, kalau punya anak, setahun dua tahun bakal ditanya kapan nambah anak lagi. Balik lagi ke orangnya, memang mau punya anak atau sedang menunda, karena itu beda juga kan," ujar Wita, sapaan akrabnya.
Keputusan pasangan suami istri untuk menunda momongan menurut wanita berhijab ini tentu mengundang kontra. Sebab, pasti ada pihak keluarga, terutama orang tua yang tidak setuju atau tidak menginginkan hal ini.
"Mungkin kalau yang menunda, kita nggak perlu tuh kasih tahu juga kita lagi menunda. Kalau itu pertanyaan dari orang tua, keluarga-keluarga yang sudah berumur, itu jawaban yang nggak diharapkan dan dianggap aneh 'kok nikah pake nunda-nunda (momongan) segala," terang Wita.
Lebih lanjut Wita mengatakan, pasutri bisa menjawab dengan jawaban seperti 'oh mungkin belum dikasih, ya sudah usaha tapi memang belum dapat saja'.
Sementara, bagi pasutri yang benar-benar yang menginginkan anak, tetapi belum juga memiliki bisa dijawab dengan jawaban 'oh iya sudah periksa ke dokter kok' yang menunjukkan kalau pasutri tersebut sudah berusaha tapi Tuhan belum menghendaki pasutri tersebut memiliki momongan.
"Itu kayaknya penting deh buat para orang tua ini. Karena memang mereka mikirnya 'ah takutnya gara-gara kecapekan kerja, fokus sama karir," pungkas Wita.
Sponsor: jasa pembuatan fanpage
Menanggapi hal ini, psikolog dari Tiga Generasi, Sri Juwita Kusumawardhani MPsi, mengatakan bahwa pertanyaan seperti itu tak akan ada habisnya di dalam kehidupan, diawali dengan pertanyaan 'kapan lulus', 'kapan nikah', kemudian bagi mereka yang sudah menikah ditanya 'kapan punya momongan', lalu setelah itu ditanya 'kapan tambah anak lagi', begitu pun seterusnya.
"Setelah pertanyaan kapan nikah, kalau punya anak, setahun dua tahun bakal ditanya kapan nambah anak lagi. Balik lagi ke orangnya, memang mau punya anak atau sedang menunda, karena itu beda juga kan," ujar Wita, sapaan akrabnya.
Keputusan pasangan suami istri untuk menunda momongan menurut wanita berhijab ini tentu mengundang kontra. Sebab, pasti ada pihak keluarga, terutama orang tua yang tidak setuju atau tidak menginginkan hal ini.
"Mungkin kalau yang menunda, kita nggak perlu tuh kasih tahu juga kita lagi menunda. Kalau itu pertanyaan dari orang tua, keluarga-keluarga yang sudah berumur, itu jawaban yang nggak diharapkan dan dianggap aneh 'kok nikah pake nunda-nunda (momongan) segala," terang Wita.
Lebih lanjut Wita mengatakan, pasutri bisa menjawab dengan jawaban seperti 'oh mungkin belum dikasih, ya sudah usaha tapi memang belum dapat saja'.
Sementara, bagi pasutri yang benar-benar yang menginginkan anak, tetapi belum juga memiliki bisa dijawab dengan jawaban 'oh iya sudah periksa ke dokter kok' yang menunjukkan kalau pasutri tersebut sudah berusaha tapi Tuhan belum menghendaki pasutri tersebut memiliki momongan.
"Itu kayaknya penting deh buat para orang tua ini. Karena memang mereka mikirnya 'ah takutnya gara-gara kecapekan kerja, fokus sama karir," pungkas Wita.