Minggu, 04 Desember 2016

Kelola stres bisa bantu cegah alzheimer?

Terlalu memikirkan situasi dan tidur tak nyenyak serta kurangnya tidur bisa menempatkan seseorang pada risiko terkena alzheimer di kemudian hari. Pernyataan tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang diterbitkan dalam Alzheimer Disease and Associated Disorders, baru-baru ini.
Seperti yang kita ketahui bahwa alzheimer merupakan bentuk paling umum dari demensia. Alzheimer ditandai dengan gangguan pada ingatan, kemampuan kognitif (berpikir) yang menurun, termasuk juga gangguan pada kemampuan bahasa. Kondisi ini tentu saja menjadi gangguan besar bagi seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti halnya stres yang saat ini telah mewabah di mana-mana.

Berbicara mengenai stres, selain menjadi akar beberapa masalah kesehatan seperti insomnia, depresi dan tekanan darah tinggi, kini stres bahkan telah dikaitkan dengan gangguan kognitif ringan pada orang tua dewasa yang lebih tua. Gangguan kognitif ringan tau yang dikenal juga dengan mild cognitive impairment (MCI) merupakan gejala awal alzheimer. Dalam studi yang baru-baru ini dipublikasikan, para peneliti menemukan bahwa orang-orang dengan stres tinggi memiliki dua kali kemungkinan lebih besar mengembangkan penyakit neurodegeneratif.

Melansir dari medicaldaily.com, Dr.Richard Lipton mengatakan bahwa studi tersebut menyediakan bukti kuat bahwa stres meningkatkan kemungkinan seseorang dengan usia yang lebih tua mengembangkan gangguan kognitif ringan. Yang menarik adalah, para peneliti meyakini bahwa stres bisa dimanfaatkan sebagai faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk perbaikan kemampuan kognitif, dengan membuat stres menjadi target potensial pengobatan.

Dalam studi tersebut, para peneliti menggunakan data yang melibatkan lebih dari 500 orang dewasa yang berusia minimal 70 tahun sebagai peserta penelitian. Para peneliti melibatkan mereka untuk menguji hubungan antara stres kronis dan gangguan kognitif ringan amnestik atau yang dikenal juga dengan amnestic mild cognitive impairment (aMCI). Ini adalah jenis paling umum dari gangguan kognitif ringan yang memengaruhi memori. Pada awal penelitian semua peserta penelitian terbebas dari amnesia (aMCI) atau demensia. Para peneliti mengikuti perkembangan para peserta selama empat tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko aMCI yang lebih besar. Sayangnya, penelitian ini masih belum menemukan hubungan sebab akibat antara aMCI dan stres. Penelitian yang bersifat observasional ini hanya sebagai informasi awal mengenai hubungan yang ada antara stres dan aMCI.

Tetapi, penelitian ini masih belum bisa menunjukkan apakah stres menjadi penyebab aMCI. Para peneliti mengatakan bahwa timbulnya alzheimer dapat ditunda atau bahkan dicegah jika stres dapat dideteksi dan diobati sejak dini pada orang berusia lanjut.

★★★
Terima Kasih Sudah Membaca Artikel Dari Tipsperawatanwajahdantubuh Mohon Berikan Like,Comment, Atau Share Jika Informasi Yang Kami Sajikan Bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar