Kamis, 16 Maret 2017

GAYA HIDUP URBAN, RISIKO TERKENA DIABETES MENINGKAT BERKALI-KALI LIPAT

Secara mengejutkan, Indonesia saat ini berada di peringkat lima sebagai negara penderita diabetes terbanyak di dunia.
Sponsor: cream pemutih wajah

Tahun lalu, Indonesia ada di posisi tujuh. Naik dua peringkat.
Keinginan menghadiri Indonesia Diabetes Leadership Forum yang berlangsung sehari sebelum Hari Diabetes Sedunia yang jatuh hari ini, 14 November, lebih pada alasan pribadi.

Ketertarikan akan topik ini muncul saat seminggu lebih yang lalu, membaca sebuah tajuk utama di sebuah harian yang menyatakan bahwa penderita obesitas di Indonesia naik tajam.

Obesitas adalah hal yang normal terjadi di Amerika Serikat, rasanya bukan di Indonesia.

Diabetes adalah kondisi saat tubuh mengalami kondisi kronis karena tak mampu memproduksi atau mengonsumsi insulin sendiri.
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas.

Insulin berfungsi membuka kunci sel-sel agar glukosa dalam darah bisa masuk dan kerja keduanya dapat menghasilkan energi.

Tanpa insulin, kadar glukosa dalam tubuh meningkat tajam dan dalam jangka panjang bisa merusak organ serta jaringan dalam tubuh.

Karena itu, nggak heran tidak sedikit penderita diabetes yang selalu membawa injeksi insulin ke mana-mana.

Bukannya ingin menambah kekhawatiran, tapi sebagai masyarakat urban dengan gaya hidup perkotaan adalah ancaman terbesar yang bisa berbuntut terkena diabetes.

Tak disangka, diabetes ternyata menjadi penyakit yang penyebab kematian nomor 3 tertinggi di Jakarta, menurut Plt Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (akrabnya, Ahok) yang ikut membuka Indonesia Diabetes Leadership Forum kemarin.

“Bagi kita yang tinggal di Jakarta, berangkat kerja pagi-pagi sangat lumrah.

Dengan alasan menghindari macet.
Namun dengan begitu, kita justru mengorbankan waktu olahraga rutin yang sebenarnya dapat menghindarkan dari risiko diabetes tadi,” cerita Pak Ahok, yang ternyata rajin renang lima hari dalam seminggu itu.

Aktivitas fisik, dalam hal ini olahraga 30 menit sehari, bisa mengurangi risiko diabetes, lho.

“Gaya hidup sehat semakin susah dilakukan bila kita tinggal di kota,” papar Lise Kingo, Executive Vice President untuk Novo Nordisk, Denmark.

“Dan Diabetes tipe 2 diakibatkan oleh gaya hidup tidak sehat di perkotaan ini.

Nggak heran, dunia kedokteran terus menggali hubungan antara urbanisasi dan meningkatnya jumlah pengidap diabetes di perkotaan,” lanjut Lise sambil menambahkan bahwa saat ini, di seluruh dunia, baru separuh pengidap diabetes yang memeriksakan diri ke Rumah Sakit.
Sisanya, tidak pernah memeriksakan status kesehatan mereka. “Jadi, saat terdiagnosa, biasanya sudah di tingkat yang parah,” tutup Lise.
Sementara itu, Professor Nam H. Cho dari IDF (International Diabetes Federation) salah satu pembicara di forum ini mengungkapkan bahwa penyakit ini bukan hanya akan jadi beban sosial, tapi juga ekonomi.
“Enam puluh persen kematian yang disebabkan oleh diabetes, terjadi saat penderita belum menginjak usia 60 tahun,” jelas Nam H. Cho yang berasal dari Korea Selatan ini.

Ia menambahkan bahwa diabetes justru lebih banyak terjadi di negara dengan penghasilan rendah dan menengah, dan menyerang masyarakat usia produktif.

Masyarakat usia produktif, itu termasuk kita.
Yang bekerja sampai larut malam.

Menunda makan.
Giliran harus makan, kita justru menjatuhkan pilihan pada makanan cepat saji yang tidak sehat.

Negara dengan penghasilan rata-rata rendah dan menengah, itu cukup terlihat pada Indonesia.

Sudah cukup jelas, kan, bahwa kita yang tinggal di Jakarta sangat berisiko untuk terkena diabetes?

Saya juga menyukai poin yang ditekankan Prof. Hazbullah Thabrany, penemu dan ketua Center for Health Economics & Policy Studies di Universitas Indonesia.

Beliau menekankan bahwa dalam jangka panjang, diabetes akan memiliki dampak ekonomi yang cukup besar.

Selain obat-obatan yang harus dibeli secara reguler, biaya juga akan keluar untuk pihak keluarga yang mungkin menemani si pesakitan saat di rumah sakit, belum hilangnya kesempatan-kesempatan saat penderita harus tidak masuk karena sakit.

Sekali lagi, saya membayangkan bila itu terjadi pada mereka yang ada di usia produktif hidupnya.

Perwakilan Kementerian Kesehatan, Dr. Hj. Ekowati Rahajeng yang ikut hadir kemarin menyampaikan bahwa saat ini pihaknya tengah mengusahakan untuk menyediakan label pada makanan-makanan yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Label seperti apa?

Label yang mencantumkan kadar lemak, gula, dan garam.
Diharapkan label ini akan jadi sangat informatif bagi penderita diabetes sehingga mereka bisa mengendalikan pola makan (Karena penderita diabetes selain harus mengonsumsi obat secara teratur, juga harus menjaga apa yang mereka makan).

Diabetes adalah keadaan darurat, yang bergerak begitu lambat. 
Diabetes adalah salah satu harga yang harus dibayar oleh pesatnya maju perekonomian.

Karena kota membentuk cara kita hidup, makan, tidur, dan semuanya.
Bila kita sudah terkena diabetes dan tidak mendeteksi dari awal maka risiko lain yang mengikuti antara lain kebutaan, gangguan fungsi jantung, gagal ginjal dan amputasi.

Untuk saya yang pernah mengalami infeksi ginjal, tentu ini cukup mengkhawatirkan.

Diabetes bisa terjadi karena beberapa hal.
Diwariskan dalam keluarga, kurang olahraga, pola makan yang nggak sehat (termasuk merokok akan menambah risiko diabetes), serta obesitas.

Beberapa gejalanya antara lain rasa haus yang terus menerus, gangguan penglihatan, berat badan yang berkurang drastis, buang air kecil terus menerus, rasa lapar yang besar, dan selalu merasa letih.
Diabetes tipe 1 biasanya diwariskan, sementara diabetes tipe 2 selalu disebabkan oleh gaya hidup.

Dan di perkotaan, risiko diabetes ini bisa naik 200% hingga 500%.
Menakutkan? Agak, sih.

Tapi, rasanya memang sudah cukup jelas apa yang bisa kita lakukan.
Mencegah memang lebih baik daripada mengobati.

Karena bila sudah sakit, efeknya akan merambat ke mana-mana.
Bukan hanya sosial, tapi juga ekonomi.

Bukan hanya kita, tapi juga anggota keluarga yang lain (yang mungkin harus membantu menjaga dan merawat kita).

★★★
Terima Kasih Sudah Membaca Artikel Dari Tipsperawatanwajahdantubuh Mohon Berikan Like,Comment, Atau Share Jika Informasi Yang Kami Sajikan Bermanfaat.

★★★
Kunjungi Toko Online Kami Disini (https://goo.gl/I1uzKR). Note: Silahkan lakukan pembelian secara COD/Ketemuan untuk menghindari penipuan dalam bentuk apapun!

★★★
Ingin Konsultasi Atau Beriklan di Portal Berita Kami? Cukup Click Link berikut ini (http://m.me/Tipsperawatankecantikandankesehatan)

0 komentar:

Posting Komentar