Kamis, 15 September 2016

Benarkah tertawa mampu halau rasa sakit?


Tertawa bersama teman memang menyenangkan, dan terkadang tawa juga jadi simbol kebahagiaan. Namun apa yang sangat istimewa dari sebuah 'tawa' hingga seakan-akan kita bisa melupakan kesedihan dan berbagai sakit ketika bisa tertawa lepas bersama teman?

Ternyata, secara ilmiah tawa memang dapat menghilangkan sakit, dan hal tersebut terbukti terjadi di banyak sekali orang.

Dilansir dari Live Science, ketika tertawa, tubuh kita merilis senyawa di otak, yang dapat membuat perasaan kita menjadi lebih baik, dan juga dapat meringankan sakit. Hormon tersebut adalah hormon endorfin.

"Masih sedikit penelitian yang dilakukan tentang mengapa kita bisa tertawa dan apa pengaruhnya dalam masyarakat," ungkap Robin Dunbar, seorang peneliti dari Oxford. "Kami berpikir bahwa itu adalah efek endorfin, di mana tawa bisa jadi hal yang sangat penting bagi kehidupan sosial di masyarakat," imbuhnya.

Sebelumnya, Dunbar dan tim tidak berpikir bahwa tawa bisa mengaktifkan endorfin, yang mana endorfin adalah senyawa kimia yang bertugas menghilangkan rasa sakit. Biasanya, senyawa endorfin akan 'rilis' di otak, ketika kita sedang berolahraga, sedang bergembira, sedang sakit, sedang makan makanan pedas, serta sedang melakukan hubungan seksual.

Endorfin juga punya andil yang cukup besar dalam penghilang rasa sakit. Menurut peneliti, mengalirnya senyawa endorfin di otak, mampu meningkatkan kemampuan kita dalam menghiraukan rasa sakit. Rasa sakit itu tetap ada, tapi mampu kita halau. Dari hipotesis ini, para peneliti ingin menemukan apakah tawa dapat melepas endorfin, sehingga tawa dapat menghalau rasa sakit.

Untuk itu, peneliti menguji cobakan hal tersebut pada partisipan, di mana mereka akan dicari ambang batas tingkat ketahanan mereka terhadap sakit seberapa, lalu mengujinya lagi dengan tawa, lalu menguji kembali tingkatan rasa sakitnya.

Uji coba tersebut meliputi partisipan yang dipertontonkan serial komedi, di antaranya "Mr. Bean" dan sitkom "Friends." Serta mereka diajak untuk menonton langsung event comedy Edinburgh Fringe Festival. Hal ini memang sengaja dilakukan, karena pada penelitian sebelumnya diungkapkan bahwa tawa akan cenderung terjadi di konteks sosial ketimbang ketika sendiri. Jadi, partisipan diuji sendiri dan bersama kelompok.

Uji coba rasa sakit yang dilakukan kepada partisipan, dilakukan dengan membungkus tangan partisipan ke sebuah alat pendingin wine, serta ke alat tensimeter. Alat tersebut tak akan dilepas hingga merekap tak mampu lagi, dan datanya dicatat.

Dari uji coba rasa sakit dan tawa, kemampuan peserta untuk toleransi rasa sakit menjadi tinggi setelah tertawa. Dalam angka rata-rata, setelah menonton 15 menit sebuah pertunjukan komedi, ambang batas toleransi rasa sakit naik hingga 10 persen.

Dari hal ini, peneliti mendapatkan kesimpulan. Memang tawa awalnya tak dapat merilis endorfin, namun ketika seseorang tertawa, seseorang mengeluarkan banyak napas dan energi, yang menyebabkan otot perut menjadi lelah. Karena hal inilah endorfin rilis. Mengingat endorfin biasanya rilis karena kegiatan fisik seperti berolahraga.

0 komentar:

Posting Komentar